Cara Baru Budidaya Lele Bioflok - DATH - DPKP Kelompok 2

Minggu, 28 Agustus 2016

Cara Baru Budidaya Lele Bioflok


Meskipun lele termasuk dalam golongan ikan yang tahan terhadap segala jenis air, pembudidayaan yang dilakukan tanpa perlakukan khusus sudah dapat dipastikan tidak akan memberikan hasil maksimal. Untuk itu, segala cara dilakukan demi peningkatan produksi. Salah satunya, budidaya lele dengan menggunakan sistem bioflok. Sistem bioflok ini dinilai efektif dan mampu mendongkrak produktivitas. Ini karena dalam kolam yang sempit dapat diproduksi lele yang lebih banyak. Dengan begitu, biaya produksi berkurang dan waktu yang diperlukan relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan budidaya secara konvensional.


Budidaya lele sistem bioflok adalah suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dipacu dengan cara memberikan kultur bakteri nonpathogen (probiotik), dan pemasangan aerator yang akan menyuplai oksigen sekaligus mengaduk air kolam.
Sistem bioflok ini sebenarnya sudah lebih dulu dikembangkan di negara negara maju, seperti Jepang, Brasil, Australia dan lain-lain. Namun demikian, di negara kita, Indonesia, pada tahun ini sudah banyak juga yang mengadopsi sistem bioflok. Selain lele, sistem ini dapat juga dikembangkan untuk budidaya udang air tawar. Berikut tahapan-tahapan budidaya lele dengan sistem bioflok.
1.      Pembuatan kolam
Untuk menghemat biaya, kolam dapat dibuat dengan terpal yang diperkuat dengan tulang/rangka dari bambu atau besi. Ukuran kolam ikan lele dapat disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Jika untuk tujuan usaha dan disertai modal yang cukup, dapat dibuat kolam yang lebih besar dengan kapasitas produksi yang lebih besar pula.
Sebagai patokan, ukuran luas yang ideal, yaitu untuk 1 m3 dapat menampung ikan lele hingga 1.000 ekor. Lain halnya dengan sistem budidaya secara konvensional yang hanya mampu menampung 100 ekor untuk setiap 1 m3. Kolam ikan harus diberi atap untuk menghindari terik matahari langsung dan air hujan. Sinar matahari dan air hujan perlu dihindari karena dapat memengaruhi mutu air kolam menjadi tidak layak. Peralatan lain yang perlu dipersiapkan adalah mesin aerator, yaitu alat untuk meniupkan udara ke dalam air kolam.
2.      Persiapan air pembesaran
Setelah kolam jadi, tahap berikutnya adalah menyiapkan air untuk pembesaran benih lele. Hari pertama, isilah kolam dengan air setinggi 80–100 cm. Kemudian pada hari ke-2 masukkan probiotik (bakteri pathogen) 5 ml/m3 yang dapat dibeli di toko terdekat, contohnya POC BMW atau merek lainnya. Hari ke-3 masukkan prebiotik (pakan bakteri), yaitu molase (tetes tebu) 250 ml/m3. Malam harinya, tambahkan dolomite 150–200 gram/m3 (diambil airnya saja). Selanjutnya, diamkan air media selama 7–10 hari, agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik.
3.      Penebaran dan perawatan benih lele
Benih lele yang baik berasal dari induk unggulan (dari satu induk yang sama). Benih lele yang sehat ditandai dengan gerakan yang aktif, ukuran dan warna seragam, organ tubuh lengkap, bentuk proporsional dengan ukuran 4–7cm. Setelah dilakukan penebaran benih lele, keesokan harinya tambahkan probiotik 5 ml/m3.
Perawatan benih ikan lele berikutnya adalah setiap 10 hari sekali berikanlah:
·         Probiotik 5 ml/m3
·         Ragi tempe 1 sendok makan/m3
·         Ragi tape 2 butir/m3
·         Malam harinya tambahkan dolomite 200–300 gr/m3dapat diambil airnya saja
·         Setelah benih lele mencapai ukuran 12 cm atau lebih, setiap 10 hari sekali masukkan:
·         Probiotik 5 ml/m3.
·         Ragi tempe 2–3 sendok makan/m3
·         Ragi tape 6–8 butir/m3
·         Malam harinya tambahkan dolomite 200–300 gr/m3(diambil airnya saja). Pemberian ragi tempe dan ragi tape dilarutkan dalam air.

4.      Pemberian pakan lele
Selama pembesaran pada proses budidaya lele, hal lain yang harus diperhatikan adalah pakan ikan serta pemberian aerasi setiap hari. Pemberian pakan harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai produksi yang maksimal. Gunakan pakan yang berkualitas baik, dengan ukuran pakan disesuaikan lebar bukaan mulut ikan. Pakan dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, dengan dosis pakan 80%. Setiap seminggu sekali ikan dipuasakan, yaitu tidak diberikan pakan. Sebelum diberikan pada lele, sebaiknya pakan difermentasi dengan probiotik terlebih dahulu. Setelah terbentuk flok, pemberian pakan dapat dikurangi 30%.


Hani Mufidah
14/365148/PN/13703
Golongan A5.1






1 komentar:

  1. Nama : Freshy Mayang Sary
    NIM : 14/369227/PN/13885
    Gol : A5.1

    FAKTOR NILAI PENYULUHAN
    1.Ide/Teknologi
    Ide yang disampaikan pada artikel “Cara Budidaya Lele Bioflok” yaitu penerapan sistem budidaya lele yang efektif sehingga dapat meningkatkan produktivitas lele yang disebut sistem bioflok. Dengan adanya sistem ini, biaya produksi menjadi rendah dan waktu yang diperlukan juga singkat daripada sistem konvensional.
    2.Sasaran
    Sasaran langsung: pembudidaya lele atau petani lele
    Sasaran tidak langsung: mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.
    3.Manfaat
    Artikel ini mengandung ide yang bermanfaat bagi petani lele atau pembudidaya lele yaitu memperoleh hasil yang lebih banyak karena menggunakan sistem bioflok sehingga dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan dengan waktu yang relatif singkat dan efektif.
    4.Nilai Pendidikan
    Artikel ini memberikan informasi yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan dimana isinya terdapat informasi mengenai tahapan-tahapan (pembuatan kolam, persiapan air pembesaran, penebaran dan penebaran benih lele dan pemberian pakan lele) dalam budidaya lele dengan sistem bioflok.

    PERTIMBANGAN NILAI BERITA
    1.Timelines: Penerapan sistem bioflok sebagai sistem yang sebenarnya sudah diterapkan di negara-negara maju seperti Jepang dan Brasil, namun di Indonesia khususnya pembudidaya, baru tahun ini mulai mengadopsi sistem bioflok.
    2.Proximity: Sistem bioflok menjadi informasi yang sangat dekat dengan masalah budidaya yang terletak pada manajemen proses. Sistem ini akan menguntungkan bagi para pembudidaya daripada sistem konvensional.
    3.Importance: bahasan tentang sistem bioflok budidaya lele akan sangat dibutuhkan karena pembudidaya akan selalu membutuhkan informasi mengenai sistem yang efektif, efisiensi waktu dan lebih menguntungkan.
    4.Development: melalui informasi ini diharapkan akan membangan kegiatan budidaya perikanan yang akan berdampak pada peningkatan produksi dengan efektif.

    BalasHapus

@templatesyard