DATH - DPKP Kelompok 2

Kamis, 22 September 2016

Simulasi Penyuluhan Minapadi pada Kelompok Tani Pelem Sewu
Pada hari Rabu, tanggal 21 September 2016 kelompok 2 praktikum DPKP golongan A5.1 mengunjungi kelompok tani Pelem Sewu yang berada di desa Panggungharjo, Sewon, Bantul. Tujuan kami datang adalah untuk melakukan simulasi penyuluhan kepada kelompok tani Pelem Sewu. Penyuluhan yang kami bahas adalah tentang teknologi budidaya minapadi atau pemeliharaan ikan di sela-sela padi. Sistem budidaya minapadi ini memiliki banyak keuntungan dari segi lingkungan maupun ekonomi. Berikut ini merupakan foto-foto yang diambil selama penyuluhan berlangsung.







Berikut ini merupakan alat peraga berupa folder yang digunakan untuk melakukan simulasi penyuluhan tenologi budidaya minapadi kepada kelompok tani Pelem Sewu.





Selasa, 30 Agustus 2016

Budidaya Penggemukan Ikan Tuna
Ikan Tuna adalah jenis ikan pelagis yang selalu bermigrasi untuk mencari tempat makan ataupun untuk kawin dan bereproduksi. Ikan ini memiliki bentuk torpedo dan merupakan ikan perenang cepat. Ikan tuna mempunyai wilayah migrasi yang cukup luas yakni tersebar hampir di 100 negara.

Salah satunya adalah Southern Bluefin Tuna yang memijah pada musim panas bulan September sampai Maret di perairan barat selatan Jawa dan kemudian bergerak dan ditemukan di daerah selatan antara 30 – 50 o Lintang Selatan.  Anak-anak ikan ini kemudian bergerak dan menyebar ke laut Selatan, laut Atlantik Selatan dan kembali ke laut Hindia untuk memijah.

Cara Budidaya Ikan Tuna 
1) Tentukan metode dan media budidaya ikan tuna yang akan digunakan.
Apakah akan menggunakan keramba jaring apung atau jaring tancap, kolam tanah, kolam sistem tertutup atau resirkulasi.

Ikan tuna biasanya dibudidayakan di jaring tancap, yaitu kolam dari jaring yang ditancapkan di dasar dengan jarak beberapa meter dari pantai. Tetapi budidaya ikan tuna dapat juga dilakukan di dalam kolam dengan sistem resirkulasi.

Pada kolam dengan sistem resirkulasi tertutup, memungkinkan ikan tuna tidak dapat meloloskan diri dan budidaya tidak akan mencemari lingkungan luar dengan sampah, parasit dan penyakit. Salah satu kendala dari budidaya sistem resirkulasi ini adalah kebutuhan akan listrik dan biayanya yang tinggi.

2) Kumpulkan Benih Tuna dari Alam.
Umumnya benih ikan tuna yang akan dipelihara diperoleh dari penangkapan di alam, yang kemudian dibesarkan di kolam budidaya dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan “lemak”nya (di Jepang disebut "toro") untuk membuat ikan tuna menjadi lebih lezat.

Untuk sementara hanya jenis tuna sirip biru yang benihnya berasal dari induk yang dipelihara di kolam penangkaran. Sudah banyak kemajuan dalam pengembangan budidaya tuna sirip biru secara penuh, tetapi biaya produksi untuk budidaya ikan ini masih sangat tinggi.

3) Penggemukan anak tuna.
Metode ini umumnya dilakukan oleh Australia, tepatnya di Port Lincoln yang dimulai sekitar tahun 1991 dengan cara menangkap anak-anak tuna berukuran panjang 120 cm dengan berat sekitar 30-50 kg.

Anak-anak tuna ini ditangkap di perairan selatan Australia dan kemudian dibesarkan (digemukkan) dalam jaring apung laut (ponton laut) selama 3-5 bulan sampai mencapai ukuran konsumsi untuk dipasarkan sebagian besar ke Jepang.

Sebelum adanya kegiatan budidaya tuna di tahun 1996, nilai ekspor tuna Australia hanya sebesar 6 juta US $, namun semenjak digalakkaannya usaha budidaya, Australia berhasil mendongkrak nilai ekspor tunanya sebesar 202 juta US $ di tahun 1999/2000 dan meningkat lagi di tahun 2002/2003 menjadi 320 juta US $.

Anak-anak tuna ditangkap dengan mengunakan purse seine dan setelah terjaring ikannya tetap berada di air laut (dalam jarring) dan ditarik dengan kapal berkecepatan kecepatan 1 2 knot. Setelah tiba di lokasi budidaya langsung dipindah ke dalam pontoon (karamba jarring apung).



Bentuk pontoon (karamba jaring apung tuna) sebaiknya adalah lingkaran berdiameter 30 40 meter terbuat dan dari plastik polietilene hitam. Ring-ringnya terapung dipermukaan air dan ditopang dengan tiang penyangga. Tiap 2 jaring dihubungkan dengan pelampung. Adapun jaring bagian dalam yang berisi tuna, mempunyai ukuran mata jaring  60 mm 90 mm dan kedalaman jaring 12 20 meter.

Dasar jaring diletakkan berada paling sedikit 5 meter dari permukaan dasar laut. Sementara jaring bagian luar dipakai untuk mencegahnya dari pemangsaan ikan hiu atau untuk mencegah adanya tuna yang terlepas. Ukuran mata jaring luar ini sebesar 150 mm 200 mm. Namun studi terbaru menyimpulkan bahwa jaring luar tidak diperlukan untuk menghemat ongkos produksi.

Harga satu jaring sebesar 80.000 200.000 US$. Satu unit jaring apung standar mampu menampung 2000 ekor anak tuna dan itu tergantung berapa diameter jaring dan daya tampung maksimum yang diizinkan, idealnya 4 kg per meter kubik air.

Jaring apung dengan diameter 40 m menyediakan volume sebesar 80% lebih besar dari jaring dengan diameter 30 m, dan seterusnya bila jaring apung tersebut berdiameter 50 m maka akan mempunyai 60% volume lebih besar lagi dalam jumlah ikan yang bisa dipelihara.

Ikan tuna yang tertangkap diberi pakan 2 kali sehari dengan menu ikan sarden atau ikan mackerel. Namun saat ini sudah dikembangkan dengan pembuatan dan pemberian makanan buatan (pellet) yang lebih tinggi tingkat efisiensi konsumsi pakannya dan dapat menghemat biaya.

Namun perlu dicatat bahwa industri budidaya tuna bukanlah perkara yang mudah karena harus didukung dengan tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai latar belakang dalam perikanan tuna. Kemudian setiap industri harus mengikuti quota aturan lembaga perlindungan tuna FAO yang harus melaporkan jumlah ikan tuna yang dijual ke pasar internasional.

Selain itu biaya pembuatan pontoon (jaring apung), penyediaan kapal penangkap benih ikan tuna, tersedianya tenaga ahli penangkapan ikan tuna dan pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana mengoperasikan suatu kegiatan budidaya tuna di laut lepas.

Dhea Prasanti
14/364783/PN/13634

Golongan A5.1

Senin, 29 Agustus 2016

Ayo Mulai Bisnis Aquascape

Aquascape adalah seni menata lingkungan bawah air di dalam aquarium menggunakan beragam jenis tanaman air, batu,kayu, coral dan medium tumbuh (tanah, pasir, dll) secara alami dan indah sehingga memberikan efek seperti membuat taman di bawah air. Aquascape berbeda dengan akuarium ikan biasa, yang membedakan selain aquascape lebih mementingkan penataan tamannya (layout) juga pada aquascape lebih membutuhkan karbondioksida (CO2) untuk hidup tanaman dalam air, dan oksigen (O2) untuk ikan dihasilkan oleh tanaman itu sendiri , sementara ikan tersebut hanyalah sebagai pelengkap saja.
Seiring berjalannya waktu, bisnis aquascape semakin berkembang.Saat ini Peminat aquascape bukan hanya dari kalangan pribadi saja namun juga menjamah perhotelan dan restaurant. Itu artinya permintaan aquascape dengan ukuran aquarium yang besar menjadi lebih banyak, berbanding lurus dengan harga jualnya.
Komoditas yang bisa dipasarkan dalam bisnis aquascape cukup banyak. Mulai dari tanaman air dengan variasi warna, bentuk dan juga fungsinya dalam aquarium, lalu beragam jenis kayu dan bebatuan, medium tanah dan pasir, pupuk cair dan dasar. Beragam spesies ikan hias yang menarik serta peralatan pembantu seperti lampu UV pengganti matahari, serta alat penyuplai karbondioksida dan oksigen.
Jika anda belum tertarik dengan bisnis aquascape ini. Berikut akan saya lampirkan beberapa dialog dari seorang pengusaha Aquascape bernama Kang Iwa, pemilik dari D'Lima Aquasape yang mempunyai 'workshop' di Jalan Pasundan no 60-61 - Adiarsa Karawang.
Seandainya ada yang tertarik dengan aquascape yang sudah jadi berapa kisaran harganya? Berapa keuntungannya?
"Untuk harga aquascape tergantung media tanamnya, macam tanamannya, layoutnya ataupun perlengkapannya. Dari yang standar mulai dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 10.000.000,- . Di karenakan saya ingin lebih memasyarakatkan aquascape di Karawang, jadi harganya bisa lebih murah, standar di sini sepuluh juta di Jakarta bisa Rp 20 juta sd Rp 35 juta. Untuk keuntungan relatif ya, mungkin bisa 30-40% karena tergantung juga dengan bagus tidaknya penataan (layout) dan jenis tanamannya" , ujar Kang Iwa.
Bagaimana kalau ada yang ingin membuat aquascape, berapa modal yang harus di keluarkan?
"Untuk memulainya sebaiknya kalau uang tidak cukup bisa membeli perlengkapan tidak dengan sekaligus, satu-satu dulu. Untuk yang standar bisa paling tidak Rp 500 ribuan. Itupun bisa kurang lagi, dengan cara menanam tanamannya yang tidak memerlukan terlalu banyak karbondioksida, karena yang mahal kan tabung karbondioksidanya itu. Untuk menggantinya kita bisa buat karbondioksida sendiri."
Membuat aquascape ?
Sebelum memulai bisnis ini tentunya anda harus mengetahui terlebih dahulu cara untuk membuatnya. Butuh kreatifitas dan imajinasi yang bernilai estetika memang namun kita belum tahu jika tidak mencobanya bukan ? jadi, mulailah dari sekarang.
1. Pertama, menempatkan semua bahan substrate (seperti pupuk dasar atau pasir malang), sebarkan pupouk didasar akuarium kurang lebih setebal 1 cm, lalu tutupi dengan malang kasar setebal 2 -3 cm (pasir malang berfungsi sebagai tempat tinggal bakteri dan pengakaran), setelah itu tutupi/taburkan lapisan tanah/soil setebal 2-3 cm yang berfungsi untuk media tanam dan membantu proses penanaman.

2. Setelah itu atur hardscape anda (kayu, batu atau karang) sesuai dengan yang anda inginkan.

3. Tuangkan air ke dalam akuarium untuk membasahi lapisan bawah (tanah). Gunakan piring atau saringan pada waktu menuangkan air, ini fungsinya agar lapisan substrate tidak rusak.

4. Siapkan tanaman, lalu mulailah menanam. Gunakan pinset untuk mempermudah proses penanaman. Bagilah tanaman dalam porsi yang kecil dan tancapkan secara merata ke dalam pasir. Tanaman yang ditanam dalam porsi kecil dan merata akan lebih cepat menyebar daripada menanamnya dalam satu titik dengan jumlah yang besar. Selama proses penanaman jangan lupa semprotkan air secara berkala untuk menjaga tanaman tetap lembab, karena pada kondisi kering dalam merusak  daun.

5. lalu isi akuarium dengan air sampai penuh. Isi dengan hati-hati dan gunakan atau saringan agar air tidak merusak landskap.

6. Air akan terlihat kusam selama beberapa saat,  jangan kuatir nanti menjadi lebih baik.
7. pasang instalasi filter untuk mensirkulasi air dan membersihkan kotoran dan pencahayaan sebagai pengganti sinar matahri untuk proses fotosintesis pada tanaman.
8. Untuk penyinaran maksimal hanya 8-9 jam perhari. Karena jika terlalu banyak pencahayaan pertumbuhan alga akan cepat, bia membuat air keruh dan menggangu pertumbuhan tanaman.
9. setelah 2-3 bulan hasilnya akan tampak.

Jadi tunggu apalagi ? Jangan ragu untuk memulai bisnis Aquascape dari sekarang. Semakin banyak mencoba akan semakin banyak mengetahui dan memahami  celah-celah kesuksesan yang terhampar. Ayo Mulai Bisnis Aquascape.
Sumber  :
Adiarsa. Mengintip Peluang Usaha Seni Aquascape di Karawang. http://ukmkarawang.com/index.php/artikel/13/mengintip-peluang-usaha-seni-aquascape-di-karawang. (diakses pada 29 Agustus 2016)

Anonim. Cara Membuat Aquascape Untuk Pemula. http://www.aquascapeindo.com/cara-membuat-aquascape-untuk-pemula.html (diakses pada 29 Agustus 2016)

Ditulis oleh : 
Amir Mugozin (14/365096/PN13672) 
Golongan A5.1

Mahasiswa Perikanan UGM
Memanfaatkan Lahan Kritis Untuk Usaha Budidaya Ikan
Lahan sempit tidak mengurungkan niat para pelaku budidaya ikan air tawar di daerah Watampone, Sulawesi Selatan. Budi daya ikan air tawar dengan menggunakan kolam terpal sudah memudahkan masyarakat perkotaan karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Asal mau, pekarangan rumah pun bisa dimanfaatkan tanpa mengganggu lingkungan sekelilingnya. Artinya,lahan yang selama ini kurang bermanfaat bisa disulap menjadi penghasil rupiah.

source foto : http://www.bibitikan.net/wp-content/uploads/2013/07/budidaya-ikan-lahan-sempit-kolam-terpal-di-watampone-600x450.jpg

Dengan demikian, maka siapapun yang ingin mengembangkan usaha ini dapat mencobanya lantaran luas lahan dan biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.
Kolam terpal bisa menghasilkan uang pada rumah-rumah yang bertingkat tanpa mengganggu ruangan yang ada. Di samping itu, biayanya juga tergolong murah dan dapat diubah posisinya serta dapat dipindahkan sesuai keinginan pemiliknya.

Kolam terpal ini merupakan salah satu peluang yang baik bagi pengembangan budi daya ikan ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias sp). Sumber air berasal dari sumur kolam terpal memiliki tiga buah pertama untuk pemeliharaan benih nila dan lele.

Berikut ini proses pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu dengan posisi lantai kolam langsung di atas tanah tanpa penggalian. Kolam akan dibuat dengan pipa pembuangan sekaligus pengatur ketinggian air kolam. Kolam kerangka bambu ukuran 2 x 4 meter akan dibuat dari terpal berukuran 4 x 6 meter. Jumlah bambu yang diperlukan kurang lebih 10 biji dengan panjang rata-rata sekitar 7 meter.


1. Membuat dinding kerangka kolam
Potong bambu dengan ukuran 2 meter dan 4 meter. Sesuaikan jumlah bambu yang dipotong dengan jarak kerapatan bilah pagar bambu yang akan dibuat. Semakin rapat jarak antar bilah bambu pada pagar, konstruksi akan semakin kuat. Setelah selesai dilanjutkan dengan menanam patok-patok yang dibuat dari bambu utuh yang dibelah menjadi dua bagian. Pagar dinding kolam bisa dipasang dengan patok-patok bambu dengan cara diikat atau dipaku.  Semakin banyak patok yang digunakan, dinding kolam semakin kuat. Sebelum pemasangan terpal dibuat terlebih dahulu saluran pipa untuk pembuangan air kolam.

2. Teknik Pemasangan Pipa Saluran Pembuangan Air Kolam Terpal
Pipa pembuangan diperlukan saat menguras kolam untuk pergantian air, pembersihan atau saat pemanenan ikan. Dengan lubang pembuangan yang cukup besar, proses pengurangan volume air kolam dapat berlangsung lebih cepat. Selain sebagai pembuangan air, pipa pembuangan sekaligus dapat difungsikan sebagai pengatur ketinggian level air kolam. Selain diletakkan di dalam kolam, pipa kontrol ketinggian air dan pembuangan dapat pula diletakkan di sisi luar kolam. 



3. Kolam Terpal Siap Digunakan
kolam terpal kerangka bambu yang sudah jadi, siap untuk memelihara ikan lele atau ikan lain seperti nila, gurami hingga ikan koi. Bagian akhir dari terpal diikatkan ke pagar atau patok-patok bambu dengan tali atau kawat.Dengan ketinggian pengisian air hampir 3/4 bagian, kontruksi masih bekerja dengan baik. Hanya terjadi sedikit lengkungan cembung ke arah luar yang disebabkan tekanan air. Lengkungan bisa diminimalkan dengan pemasangan tali kawat diantara dua tonggak bambu yang diletakkan satu di sisi kiri tengah dan sisi kanan tengah terpal.


Seperti usaha budidaya ikan di lahan kritis sudah ada diterapkan di jalan A.malla Kecamatan tanete riattang kelurahan biru. Usaha ini dirintis sejak akhir tahun 2011 oleh Supriadi menurut dia dengan adanya pemanfaatan lahan kritis untuk budidaya ikan dapat mendorong kesejahteraan masyarakat yang sebagian mata pencahariannya berprofesi sebagai petani. Bibit ikan ini didatangkan dari maros, soppeng, dan sukabumi.

Tujuan pemanfaatan lahan kritis untuk melatih masyarakat disekitar lokasi usaha tersebut dalam mengembangkan budidaya perikanan. Selain usaha budidaya pemanfaatan dilahan kritis dia juga membuka usaha pengolahan ikan seperti bandeng asap, bandeng fresto, bandeng tanpa duri, abon bandeng, dll.

Sebagai pemilik dan pendiri usaha pengolahan ikan Nunung Indrawati S.Pd. menurut Supriadi modal untuk membangun sangat kecil sekitar Rp.500 ribu yang pertama di beli kolam terpal dan selang.
Di usahanya tersebut pernah menjalin kerjasama kementerian kelautan dan perikanan ditunjuk sebagai pusat pelatihan mandiri kelautan perikanan P2MKP. Usaha ini diperkerjakan oleh tiga orang ibu rumah tangga dan dua orang anak yang putus sekolah yang berada disekitar lokasi usaha tersebut. Harapan dari Supriadi akan membentuk kelompok pembudidayaan.

Sumber :
http://www.bibitikan.net/memanfaatkan-lahan-kritis-untuk-usaha-budidaya-ikan/
http://daunijo.com/cara-membuat-kolam-terpal-kerangka-bambu-dengan-pipa-pembuangan/
(diakses pada 29 Agustus 2016)



Akhmad Awaludin Agustiar 
14/369621/PN/13935
Golongan A5.1

Minggu, 28 Agustus 2016

Cara Baru Budidaya Lele Bioflok

Meskipun lele termasuk dalam golongan ikan yang tahan terhadap segala jenis air, pembudidayaan yang dilakukan tanpa perlakukan khusus sudah dapat dipastikan tidak akan memberikan hasil maksimal. Untuk itu, segala cara dilakukan demi peningkatan produksi. Salah satunya, budidaya lele dengan menggunakan sistem bioflok. Sistem bioflok ini dinilai efektif dan mampu mendongkrak produktivitas. Ini karena dalam kolam yang sempit dapat diproduksi lele yang lebih banyak. Dengan begitu, biaya produksi berkurang dan waktu yang diperlukan relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan budidaya secara konvensional.


Budidaya lele sistem bioflok adalah suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dipacu dengan cara memberikan kultur bakteri nonpathogen (probiotik), dan pemasangan aerator yang akan menyuplai oksigen sekaligus mengaduk air kolam.
Sistem bioflok ini sebenarnya sudah lebih dulu dikembangkan di negara negara maju, seperti Jepang, Brasil, Australia dan lain-lain. Namun demikian, di negara kita, Indonesia, pada tahun ini sudah banyak juga yang mengadopsi sistem bioflok. Selain lele, sistem ini dapat juga dikembangkan untuk budidaya udang air tawar. Berikut tahapan-tahapan budidaya lele dengan sistem bioflok.
1.      Pembuatan kolam
Untuk menghemat biaya, kolam dapat dibuat dengan terpal yang diperkuat dengan tulang/rangka dari bambu atau besi. Ukuran kolam ikan lele dapat disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Jika untuk tujuan usaha dan disertai modal yang cukup, dapat dibuat kolam yang lebih besar dengan kapasitas produksi yang lebih besar pula.
Sebagai patokan, ukuran luas yang ideal, yaitu untuk 1 m3 dapat menampung ikan lele hingga 1.000 ekor. Lain halnya dengan sistem budidaya secara konvensional yang hanya mampu menampung 100 ekor untuk setiap 1 m3. Kolam ikan harus diberi atap untuk menghindari terik matahari langsung dan air hujan. Sinar matahari dan air hujan perlu dihindari karena dapat memengaruhi mutu air kolam menjadi tidak layak. Peralatan lain yang perlu dipersiapkan adalah mesin aerator, yaitu alat untuk meniupkan udara ke dalam air kolam.
2.      Persiapan air pembesaran
Setelah kolam jadi, tahap berikutnya adalah menyiapkan air untuk pembesaran benih lele. Hari pertama, isilah kolam dengan air setinggi 80–100 cm. Kemudian pada hari ke-2 masukkan probiotik (bakteri pathogen) 5 ml/m3 yang dapat dibeli di toko terdekat, contohnya POC BMW atau merek lainnya. Hari ke-3 masukkan prebiotik (pakan bakteri), yaitu molase (tetes tebu) 250 ml/m3. Malam harinya, tambahkan dolomite 150–200 gram/m3 (diambil airnya saja). Selanjutnya, diamkan air media selama 7–10 hari, agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik.
3.      Penebaran dan perawatan benih lele
Benih lele yang baik berasal dari induk unggulan (dari satu induk yang sama). Benih lele yang sehat ditandai dengan gerakan yang aktif, ukuran dan warna seragam, organ tubuh lengkap, bentuk proporsional dengan ukuran 4–7cm. Setelah dilakukan penebaran benih lele, keesokan harinya tambahkan probiotik 5 ml/m3.
Perawatan benih ikan lele berikutnya adalah setiap 10 hari sekali berikanlah:
·         Probiotik 5 ml/m3
·         Ragi tempe 1 sendok makan/m3
·         Ragi tape 2 butir/m3
·         Malam harinya tambahkan dolomite 200–300 gr/m3dapat diambil airnya saja
·         Setelah benih lele mencapai ukuran 12 cm atau lebih, setiap 10 hari sekali masukkan:
·         Probiotik 5 ml/m3.
·         Ragi tempe 2–3 sendok makan/m3
·         Ragi tape 6–8 butir/m3
·         Malam harinya tambahkan dolomite 200–300 gr/m3(diambil airnya saja). Pemberian ragi tempe dan ragi tape dilarutkan dalam air.

4.      Pemberian pakan lele
Selama pembesaran pada proses budidaya lele, hal lain yang harus diperhatikan adalah pakan ikan serta pemberian aerasi setiap hari. Pemberian pakan harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai produksi yang maksimal. Gunakan pakan yang berkualitas baik, dengan ukuran pakan disesuaikan lebar bukaan mulut ikan. Pakan dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, dengan dosis pakan 80%. Setiap seminggu sekali ikan dipuasakan, yaitu tidak diberikan pakan. Sebelum diberikan pada lele, sebaiknya pakan difermentasi dengan probiotik terlebih dahulu. Setelah terbentuk flok, pemberian pakan dapat dikurangi 30%.


Hani Mufidah
14/365148/PN/13703
Golongan A5.1






@templatesyard